SAP OSTEOPOROSIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Muskuloskeletal

Pokok Bahasan : Osteoporosis

Sasaran : Klien yang berusia diatas 50 tahun

Tempat : Posbindu Melati Ciputat

Tanggal : 29 Desamber 2009

Waktu : 20 menit

Media : leafleat, Infocus dan Laptop

Penyaji: Umayra Maulida sabatiyah

Metode : Ceramah, Tanya Jawab

  1. 1. Latar Belakang

Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh ada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.

Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.

Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.

Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor, yang melakukan penelitian dari tahun 1999 – 2002 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis pada usia memasuki 50 tahun. Dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita ( 21,74 % ) dibandingkan dengan laki-laki (14,8 %). ( Siswono, 2003 )

Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2000).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan tulang, jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya akibat akti vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis.

Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti Kalsitonim dan hormone seks. Dengan bertambahnya usia, produksi beberapa hormone tersebut akan merosot, hanya saja penurunan produksi beberapa osteoblast, sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan tulang, akan mengendur aktivitasnya setelah seseorang menginjak usia ke 50 disusul tahun terakhir adalah testosterone pada kurun waktu usia 48 – 52. Persoalan besar akan muncul juga jika terjadi gangguan dalam keseimbangan kedua proses itu, seperti yang terjadi pada osteoporosis. Dalam osteoporosis proses demineralisasi lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan proses meneralisasi. Resikonya terjadilah pengeroposan tulang. Tulang akan kehilangan masa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun merosot drastis. Kondisi ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja penurunan sepersepuluh kepadatan tulang saja menimbulkan resiko patah tulang 2 – 3 kali lebih sering, jika kondisi ini dibiarkan resiko terjadi patah tulang sulit dihindari. Proses tidak seimbang bisa muncul secara alamiah seperti akibat pengaruh usia lanjut, menopause, gangguan hormonal, dan ketidak aktifan tubuh.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami tertarik untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai Osteoporosis yang meliputi : Pengertian Osteoporisis, Penyebab Osteoporosis, Tanda dan Gejala Osteoporosis, Pencegahan Osteoporosis dan Penatalaksanaan  Osteoporosis

II. Tujuan Umum :

setelah dilakukan penyuluhan klien dan berada di ruang Mawar PSTW Budi Mulya, diharapkan mampu memahami tentang penyakit osteoporosois dan penanganannya.

III. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan;

  • Klien dapat memahami pengertian Osteoporosis.
  • Klien dapat mengenal tanda – tanda dan gejala Osteoporosis
  • Klien dapat mengetahui penyebab Osteoporosis
  • Klien memahami pencegahannya pada Osteoporosis
  • Klien memahami penatalaksanaan pada Osteoporosis

IV. Pokok Materi

  1. Pengertian Osteoporosis
  2. Tanda dan gejala Osteoporosis
  3. Penyebab Osteoporosis
  4. Pencegan Osteoporosis
  5. Penatalaksanaan pada Osteoporosis

V. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Kegiatan penyaji Kegiatan peserta Media

Pembukaan

(5 menit)

• Salam pembuka

• Pekenalan

• Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan.

• Memberi pertanyaan perihal yang akan disampaikan Memperhatikan mendengarkan dan menjawab pertanyaan

Ceramah dan tanya jawab

Penyajian
(10 menit ) Menyampaikan materi :

  • Menjelaskan pengertian osteoporosis
  • Menjelaskan penyebab dari osteoporosis
  • Menjelaskan tanda dan gejala osteoporosis
  • Menjelaskan faktor resiko terkena osteoporosis
  • Menjelaskan pencegahan osteoporosis
  • Menjelaskan penatalaksanaan bagi penderita osteoporosis

Memperhatikan dan mendengarkan keterangan

Ceramah membagikan leafleat

Penutup

( 5 menit )

• Memberikan kesempatan bertanya pada Audience

• Merangkum Materi

• Salam Penutup Bertanya

Menjawab pertanyaan penyuluhan Tanya jawab

VI. Evaluasi

– Prosedur : Tanya Jawab

– jenis test : pertanyaan secara lisan

butir-butir soal :

  1. sebutkan pengertian osteoporosis ?
  2. sebutkan penyebab osteoporosis ?
  3. sebutkan tanda dan gejala osteoporosis ?
  4. Sebutkan faktor resiko terkena osteoporosis?
  5. sebutkan cara pencegahan osteoporosis?
  6. Sebutkan penatalaksanaan Osteoporosis

MATERI PENYULUHAN

Pengertian Osteoporosis

Penelitian di Amerika, pada usia 50 tahun, 1 dari 4 wanita, 1 dari 8 pria menderita Osteoporosis. Sejak meningkatnya angka harapan hidup manusia di Indonesia, semakin banyak kasus osteoporosis pada manusia usia lanjut.

Osteoporosis adalah penyakit dengan ciri khas berupa rendahnya massa tulang yang disertai perubahan-perubahan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang akhirnya meningkatkan kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang. (WHO, International Consensus Development Conference, Roma Italia 1992).

Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan penyakit yang disebabkan karena penyusutan massa dan kemerosotan struktur tulang, sehingga tulang rapuh dan rawan patah. (Suryadi, 2000).

Osteoporosis, atau tulang keropos, terjadi jika terlalu banyak zat mineral dihilangkan dari kerangka tulang. Tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah. Patah tulang yang paling umum adalah tulang pinggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan

Penyebab Osteoporosis

Faktor-faktor yang menyebabkan osteoporosis yaitu:

  1. Peningkatan usia

Di atas usia sekitar 35 tahun, kepadatan tulang menurun. Osteoporosis terutama di alami oleh pria dan wanita di atas 50 tahun. Saat kadar estrogen menurun setelah menopause, kepadatan tulang juga menurun. Wanita pascamenopause mewakili kelompok terbesar orang dengan osteoporosis. Hal ini dikaitkan dengan masa menopause pada wanita. Ketika wanita memasuki masa menopause, fungsi ovariumnya menurun akibatnya produksi hormon estrogen dan progesteron berkurang. Jika kadar estrogen dalam darah turun, maka siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang mulai terjadi. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal. Yang sangat terpengaruh dengan keadaan ini adalah tulang trabekular, karena tingkat turun overnya tinggi.( Lane, 2001).

  1. Kadar testosteron rendah

Pada pria, hormon testosteron memperlambat resorpsi tulang dengan cara yang sama seperti estrogen pada wanita.

  1. Kecenderungan genetik

Riwayat keluarga dan kelompok etnik dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.

  1. Penyakit lain

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi regenerasi tulang normal

  1. Obat-obatan

Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat mempengaruhi regenerasi tulang

  1. Berat badan rendah
  2. Pola makan buruk

Kurang mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D dalam pola makan.

  1. Merokok / mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
  2. Kurang olahraga. ( R ebecca, 2007 )

Tanda dan Gejala Osteoporosis

Osteoporosis disebut silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala.

Penyakit osteoporosis sulit untuk di deteksi karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa di sertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut seperti:

– patah tulang

– Punggung yang semakin memburuk

– hilangnya tinggi badan

– nyeri punggung

Faktor Resiko terkena osteoporosis

  • Kurang aktivitas fisik dan olahraga
  • Mengalami menopause Iebih cepat (praecox)
  • Kebiasaan merokok/minum alcohol
  • Berat badan dibawah normal/kurang gizi
  • Memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga
  • Pernah menggunakan obat-obatan steroid dalam waktu lama, atau menggunakan obat antitiroid secara berlebihan.
  • Kegemukan/obesitas

Pencegahan pada penyakit Osteoporosis

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu :

  1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang yang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.

  1. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)

Sinar matahari UV B membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan tubuh dalam pembentukan massa tulang.

  1. Melakukan olah raga
  2. Gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol , kurangi konsumsi kopi, minuman bersoda, daging merah.
  3. Mengkonsumsi obat. (Ferdinand, 2008)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

  • Diet
  • Pemberian kalsium dosis tinggi
  • Pemberian vitamin D dosis tinggi
  • Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.
  • Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
  • Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

Referensi :
Mansjoer, Ariep, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jakarta

Sylvia A. Price. 2000. Patofisiologi. EGC. Jakarta.

http://ilmukeperawatanstikesfaletehancom.blogspot.com/2009/02/sap-hipertensi_27.html?zx=fd72297fddeab593

http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239

Leave a comment