Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. “Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan “touch” over “tech” (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih “gaptek” tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer – menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan).
INFARK MIOKARD
Pengertian
Infark Miokard (‘Myocardial Infaction’) ” adalah kematian otot jantung akibat iskemia, biasanya akibat obstruksi arteri koroner karena ateroma dengan atau tanpa trombosis”.
Menurut Brunner & Sudarth, 2002 infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Menurut Suyono, 1999 infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Infark miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan myokardium. Merupakan hasil dari ruptur plak dengan trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai darah ke miokardium.
Infark Miokard adalah penyebab kematian pertama penyakit jantung di dunia.Sekitar sepertiga dari penderita IMA meninggal dalam beberapa jam setelah terjadinya nyeri dada, gagal jantung, atau komplikasi yang lain.Karena itu , tanda-tandanya dan gejalanya perlu dikenali dengan cepat, sehingga terapi dapat segera diberikan.
Meskipun dengan tanda klinis pada pasien merupakan komponen penting dalam evaluasi secara keseluruhan pada pasien dengan IM, banyak kejadian baik “silent” maupun tidak diketahui secara klinik, membuktikan bahwa, pasien, keluarga, dan tim medis sering tidak mengenal gejala dari IM. Kehadiran “cardiac marker” dalam sirkulasi umumnya mengidentifikasikan nekrosis miokardium dan sangat berguna membantu menegakkan diagnosis.
“Cardiac markers” membantu untuk mengklasifikasi IM, yang dipertimbangkan bagian dari acute coronary syndrome yang didalamnya termasuk IM dengan elevasi ST (STEMI), IM tanpa elevasi ST (NSTEMI), dan angina tak stabil. Klasifikasi ini berharga karena pasien dengan ketidaknyamanan iskemik mempunyai/tidak mempunya elevasi segmen ST pada elektrokardiogram. Yang tidak mempunyai elevasi ST dapat didiagnosis dengan NSTEMI atau dengan angina tidak stabil berdasarkan ada tidaknya ezim jantung. Sebagai tambahan, pilihan terapeutic, seperti trombolisis intravena atau percutaneus coronary intervention, sering menjadi dasar klasifikasi ini.
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah dapat dialami semua manusia, dengan derajat yang berbeda-beda. Penderita aterosklerosis cenderung lebih banyak pria dari pada wanita. Aterosklerosis yang mengenai cabang arteri koroner, biasanya sering menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner inilah yang menjadi salah satu penyebab Infark Miokard, yang merupakan ‘tertuduh utama’ penyebab ‘Mati Mendadak’.
DIAGNOSIS BANDING
1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan punggung).
3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)
5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)
Patofisiologi
Penyebab tersering MI adalah penyempitan dari pembuluh darah epicardial oleh plak atherosclerosis. Plak ruptur yang diikuti pembukaan membran menyebabkan aggregasi platelet, terbentuknya trombus, akumulasi fibrin, hemoragik dalam plak, dan vasospasme dengan tingkat yang bermacam-macam. Hal tersebut dapat menyebabkan penyumbatan sebagian/menyeluruh pada pembuluh darah dan diikuti dengan iskemik miokard. Total penyumbatan dari vaskuler lebih dari 4-6 jam mengakibatkan irreversibel nekrosis miokard, tetapi reperfusi dalam periode ini dapat menyelamatkan miokardium dan mengurangi morbitditas dan mortalitas.
Faktor nonatherosclerotic yang menyebabkan IM termasuk vasospasm koroner yang dapat dilihat dlam variasi angina (Prinzmetal) dan pasien yang menggunakan kokain dab amphetamin; emboli koroner yang berasal dari katup jantung yang terinfeksi; penyumbatan koroner oleh vaskulitis; atau penyebab lainnya yang menyebabkan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen, seperti anemia akut dari perdarahan GI. IM yang disebabkan oleh trauma dada juga telah dilaporkan, biasanya trauma dada berat pada kecelakaan motor dan kecelakaan olahraga.
Fisiologi Sirkulasi Koroner:
LMCA memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri.
RCA memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan.
Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh RCA daripada LMCA. (cabang sirkumfleks).
Nodus AV 90% diperdarahi oleh RCA dan 10% diperdarahi oleh LMCA (LCX). Dengan demikian, obstruksi LMCA sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh RCA
PATOGENESIS:
Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
PENYEBAB
Penyebab tersering IM adalah pecahnya (rupture) plak aterosklerosis dalam arteri koronaria yang diikuti spasme atrial dan pembentukan trombus.
Penyebab lainnya:
- Coronary artery vasospasme
- Hipertrofi ventrikel
- Hypoxia
- Emboli arteri korornaria
- Penggunaan cocaine, amphetamines, and ephedrine
- Arteritis
- Koronaria yang abnormal, termasuk aneurisma coronary arteries
- Penderita dengan kadar lipid tinggi;
- Obesitas atau kegemukan;
- Penderita stres;
- Anxiety atau kecemasan;
Perjalanan penyakit dapat secara berangsur-angsur mengenai sebagian besar cabang-cabang arteri koroner. Trombosis juga dapat menyebabkan obstruksi akut.
Infark miokard bisa juga sebagai akibat dari spasme koroner atau emboli artyeri koroner. Daerah yang mengalami kerusakan dapat meliputi seluruh tebal miokardium atau sebagian saja.
Faktor resiko pembentukan plak aterosklerosis
- Umur
- Jenis kelamin
- Merokok
- Hypercholesterolemia dan hypertriglyceridemia
- Diabetes mellitus
- Hipertension yang jarang dikontrol
- Riwayat keluarga
Gejala dan Tanda
Gejala:
- Nyeri dada, biasanya pasien merasa tertekan.
- Nyeri pada dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium. Tangan kiri frekuensi lebih banyak
- Dyspnea
- Mual, nyeri perut atau keduanya
- Anxietas
- Kepala terasa ringan yang disertai/tidak disertai sinkop
- Batuk
- Mual dengan/tanpa muntah
- Diaphoresis
Tanda
Pemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosis:
- Pasien biasanya terbaring dengan tenang dan kelihatan pucat
- Hipertensi/hipotensi
- Disfungsi katup akut
- Rales
- Vena jugularis meningkat
- Bunyi jantung 3 terdengar (S3)
- Dysritmia
DIAGNOSIS
Tiga kriteria untuk menegakan diagnosis IMA adalah adanya nyeri dada khas infark, elevasi segmen ST pada EKG, dan kenaikan enzim kinase (CK) dan creatine kinase myocardial band (CKMB)
Pemeriksaan fisik pada IMA tidak ada yang karakteristik. Bila telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung, maka dapat ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki basah. Bila terjadi aritmia dan hipotesi, maka penserita mungkin tampak pucat dan berkeringat dingin.
Berhubung karena usaha reperfusi secepatnya dengan trombolitik (kurang dari 6 jam setelah serangan IMA) menentukan prognosis penderita IMA, sedangkan kenaikanenzim biasanya baru tampak sesudah 6 jam, sehingga dibenarkan untuk mendiagnois IMA hanya berdasarkan dua dari tiga criteria tersebut diatas, yaitu nyeri dada khas infark dan perubahan EKG
Perubahan EKG
Pada IMA transmural, gambaran EKG biasanya dimulai dari depresi segment ST dengan T terbalik, kemudian berubah menjadi elevasi segmen ST dan menghilangnya gelombang R sampai terbentuk gelombang Q. Sedangkan pada IMA Non-transmural, tidak ada perubahan EKG yang spesifik, kecuali depresi segment ST
Sebenarnya pada permulaan suatu infark telah menjadi perubahan EKG yangdisebut fase hiperakut, yaitu gelombang T tinggi dan lebar disertai elevasi segment ST yang miring (slope elevation) dan VAT (ventricle activation time) yang memanjang. Namun karena perubahan ini terjadi hanya sebentar sehingga sering lolos dari perhatian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
3.Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4.Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
5.Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
6.Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7.GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8.Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
9.Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10.Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11.Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi atau luasnya AMI.
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12.Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
13.Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14.Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
15.Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
PENATALAKSANAAN
Pencegahan serangan pertama dan berikutnya mencakup penghentian merokok,
menurunkan berat badan, pengendalian hipertensi, penurunan kadar kolesterol, olah
raga, gizi dan istirahat yang seimbang.
Penatalaksanaan lainnya:
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Jika terjadi nyeri dada:
- Suplai oksigen dengan tabung oksigen
- Aspirin
- Nitroglicerin untuk nyeri dada yang aktif melalui sublingua atau dengan spray
Medikasi
- Beta-blocker
- Morphine sulphate –> untuk nyeri dan anxietas
- Nitrates
- Trombolisis
- ACE Inhibitor
- Angiotensin receptor blocker
- Calcium chanel blocker
- Penstabil platelet, misalnya Aspirin, persantine.
- Sulfinpyrazone.
- obat anti aritmia
- obat penurun kadar lipid, misalnya elofibrate
- Pengendalian Angina dengan nitrate, ‘calcium channel blocker’ dan ‘beta blocker’.
Pengobatan:
- Pada serangan akut penderita harus dirawat di Unit Rawat Koroner atau ICU.
- Pemberian morphine 10-15 mg intramuskular atau 5-10 mg intravena ke penderita
dapat mengurangi nyeri dan memberikan ketenangan.
- Pemberian obat antiaritmia yang tepat. Beberapa dokter memberikan Lidocaine
sebagai profilaksis.
- Bila ada gejala gagal jantung diberikan digitalis dan diuretik.
- Tindakan suportif umumnya adalah istirahat baring, kurangi berbicara dan cegah
konstipasi.
- Bila infark menyembuh adakan rehabilitasi ke arah kehidupan normal secara
perlahan-lahan.
- Pemberian antikoagulan meruapakan bagian dari penanganan infark yang harus
selalu dipantau secara teratur.
- Pembatasan perluasan infark, dengan pemberian nitrogliserin intravena dan beta
blocker mungkin perlu dipertimbangkan.
- ‘Coronary Bypass’ perlu dilakukan apabila penderita beresiko tinggi mengalami
infark miokard berulang kali.
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
· Kelemahan
· Kelelahan
· Tidak dapat tidur
· Pola hidup menetap
· Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
· Takikardi
· Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
· Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
· Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
· Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
· Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
· Friksi ; dicurigai Perikarditis
· Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
· Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
· Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
· Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
· dispnea nokturnal
· batuk dengan atau tanpa produksi sputum
· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan
· nafas sesak / kuat
· pucat, sianosis
· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interaksi sosial
Gejala :
· Stress
· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri
Gambaran EKG
Pada akut infark dengan gelombang Q, didapat adanya ST segemen Elevasi,yang pada awalnya gelombang T tinggi yang kemudian berubah menjadi ST elevasi. Adanya new RBBB/LBBB juga merupakan tanda perubahan ECG pada infark gelombang
ANGINA PECTORIS
DEFINISI
angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen.
kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung).
aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen.
jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.
PENYEBAB
biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.
penyebab lainnya adalah:
· stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
· regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
· stenosis subaortik hipertrofik
· spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
· anemia yang berat.
GEJALA
tidak semua penderita iskemia mengalami angina. iskemia yang tidak disertai dengan angina disebut silent ischemia.
masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina.
biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
nyeri juga bisa dirasakan di:
– bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam
– punggung
– tenggorokan, rahang atau gigi
– lengan kanan (kadang-kadang).
banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri.
yang khas adalah bahwa angina:
– dipicu oleh aktivitas fisik
– berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
– akan menghilang jika penderita beristirahat.
kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.
angina seringkali memburuk jika:
– aktivitas fisik dilakukan setelah makan
– cuaca dingin
– stres emosional.
variant angina
merupakan akibat dari kejang pada arteri koroner yang besar di permukaan jantung.
disebut variant karena ditandai dengan:
– nyeri yang timbul ketika penderita sedang istirahat, bukan pada saat melakukan aktivitas fisik
– perubahan tertentu pada ekg.
unstable angina
merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan.
ciri angina pada seorang penderita biasanya tetap, oleh karena itu setiap perubahan merupakan masalah yang serius (msialnya nyeri menjadi lebih hebat, serangan menjadi lebih sering terjadi atau nyeri timbul ketika sedang beristirahat).
perubahan tersebut biasanya menunjukkan perkembangan yang cepat dari penyakit arteri koroner, dimana telah terjadi penyumbatan arteri koroner karena pecahnya suatu ateroma atau terbentuknya suatu bekuan.resiko terjadinya serangan jantung sangat tinggi.
unstable angina merupakan suatu keadaan darurat.
DIAGNOSA
diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejalanya.
diantara bahkan selama serangn angina, pemeriksaan fisik atau ekg hanya menunjukkan kelainan yang minimal.
selama suatu serangan, denyut jantung bisa sedikit meningkat, tekanan darah meningkat dan bisa terdengar perubahan yang khas pada denyut jantung melalui stetoskop.
selama suatu serangan, bisa ditemukan adanya perubahan pada ekg, tetapi diantara serangan, ekg bisa menunjukkan hasil yang normal, bahkan pada penderita penyakit arteri koroner yang berat.
jika gejalanya khas, diagnosisnya mudah ditegakkan.
jenis nyeri, lokasi dan hubungannya dengan aktivitas, makan, cuaca serta faktor lainnya akan mempermudah diagnosis.
pemeriksaan tertentu bisa membantu menentukan beratnya iskemia dan adanya penyakit arteri koroner:
1.exercise tolerance testing merupakan suatu pemeriksaan dimana penderita berjalan diatas treadmill dan dipantau dengan ekg.
pemeriksaan ini bisa menilai beratnya penyakit arteri koroner dan kemampuan jantung untuk merespon iskemia.
hasil pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan arteriografi koroner atau pembedahan.
2.radionuclide imaging yang dilakukan bersamaan dengan exercise tolerance testing bisa memberikan keterangan berharga mengenai angina.
penggambaran radionuklida tidak hanya memperkuat adanya iskemia, tetapi juga menentukan daerah dan luasnya otot jantung yang terkena dan menunjukkan jumlah darah yang sampai ke otot jantung.
3.exercise echocardiography merupakan suatu pemeriksaan dimana ekokardiogram diperoleh dengan memantulkan gelombang ultrasonik dari jantung.
pemeriksaan ini bisa menunjukkan ukuran jantung, pergerakan otot jantung, aliran darah yang melalui katup jantung dan fungsi katup.
ekokardiogram dilakukan pada saat istirahat dan pada puncak aktivitas.
jika terdapat iskemia, maka gerakan memompa dari dinding ventrikel kiri tampak abnormal.
4.arteriografi koroner bisa dilakukan jika diagnosis penyakit arteri koroner atau iskemia belum pasti.
pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan beratnya penyakit arteri koroner dan untuk membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.
5.pemantauan ekg berkelanjutan dengan monitor holter menunjukkan kelainan dari silent ischemia.
6.angiografi kadang bisa menemukan adanya kejang pada arteri koroner yang tidak memiliki suatu ateroma.
PENGOBATAN
pengobatan dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner, memperlambat progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktor-faktor resikonya.
faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol), diobati sebagaimana mestinya.
faktor resiko terpenting yang bisa dicegah adalah merokok sigaret.
pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan gejala-gejalanya.
jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling efektif adalah mengurangi faktor resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.
jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat dan diberikan obat-obatan di rumah sakit.
jika gejalanya tidak menghilang dengan obat-obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup, maka bisa digunakan angiografi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.
stable angina
pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan meminimalkan gejala.
terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:
1.beta-bloker
obat ini mempengaruhi efek hormon epinefrin dan norepinefrin pada jantung dan organ lainnya.
beta bloker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. selama melakukan aktivitas, beta-bloker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
beta-bloker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan jantung dan kematian mendadak.
2.nitrat (contohnya nitrogliserin).
nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan long-acting.
sebuah tablet nitrogliserin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit.
penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet atau semprotan nitrogliserin setiap saat.
menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang diketahui penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu penderita.
nitrogliserin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam atau penderita bisa menghirup nitrogliserin yang disemprotkan ke dalam mulut; tetapi yang banyak digunakan adalah pemakaian nitrogliserin tablet sublingual.
nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari.
nitrat juga terdapat dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap melalui kulit selama beberapa jam.
nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya untuk mengurangi gejala. oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka panjangnya.
3.antagonis kalsium
obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri koroner.
antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina.
beberapa antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa memperlambat denyut jantung.
obat ini juga bisa digabungkan bersama beta-bloker untuk mencegah terjadinya episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).
4.antiplatelet (contohnya aspirin)
platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan. tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung.
aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner.
penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.
unstable angina
pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat dapat diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.
penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan darah, yaitu:
– heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah)
– penghambat glikoprotein iib/iiia (misalnya absiksimab atau tirofiban)
– aspirin.
juga diberikan beta-bloker dan nitrogliserin intravena untuk mengurangi beban kerja jantung.
jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus dilakukan arteriografi koroner dan angioplasti atau operasi bypass.
operasi bypass arteri koroner
pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit arteri koroner yang tidak meluas.
pembedahan ini bisa memperbaiki toleransi penderita terhadap aktivitasnya, mengurangi gejala dan memperkecil jumlah atau dosis obat yang diperlukan.
pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:
– tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
– sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
– fungsi jantungnya normal
– tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan (misalnya penyakit paru obstruktif menahun).
pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke arteri koroner, meloncati bagian yang mengalami penyumbatan.
arteri biasanya diambil dari bawah tulang dada. arteri ini jarang mengalami penyumbatan dan lebih dari 90% masih berfungsi dengan baik dalam waktu 10 tahun setelah pembedahan dilakukan.
pencangkokan vena secara bertahap akan mengalami penyumbatan.
angioplasti koroner
alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan bypass.
tidak semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini tergantung kepada lokasi, panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan lainnya.
angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya arteri femoralis di paha) dengan jarum besar. kemudian dimasukkan kawat penuntun yang panjang melalui jarum menuju ke sistem arteri, melewati aorta dan masuk ke dalam arteri koroner yang tersumbat.
sebuah kateter (selang kecil) yang pada ujungnya terpasang balon dimasukkan melalui kawat penuntun ke daerah sumbatan. balon kemudian dikembangkan selama beberapa detik, lalu dikempiskan.
pengembangan dan pengempisan balon diulang beberapa kali.
penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa terjadi sumbatan alliran darah sesaat. sumbatan ini akan merubah gambaran ekg dan menimbulkan gejala iskemia.
balon yang mengembang akan menekan ateroma, sehingga terjadi peregangan arteri dan perobekan lapisan dalam arteri di tempat terbentuknya sumbatan.
bila berhasil, angioplasti bisa membuka sebanyak 80-90% sumbatan.
sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5% mengalami serangan jantung yang tidak fatal.
dalam waktu 6 bulan (seringkali dalam beberapa minggu pertama setelah prosedur angioplasti), arteri koroner kembali mengalami penyumbatan pada sekitar 20-30% penderita.
angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri koroner dalam waktu yang cukup lama.
agar arteri tetap terbuka, digunakan prosedur terbaru, dimana suatu alat yang terbuat dari gulungan kawat (stent) dimasukkan ke dalam arteri. pada 50% penderita, prosedur ini tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi penyumbatan arteri berikutnya.
prognosis
faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita angina adalah umur, luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan yang terpenting adalah jumlah otot jantung yang masih berfungsi normal.
makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk penyumbatannya, maka prognosisnya makin jelek.
prognosis yang baik ditemukan pada penderita stable angina dan penderita dengan kemampuan memompa yang normal (fungsi otot ventrikelnya normal). berkurangnya kemampuan memompa akan memperburuk prognosis.
PENCEGAHAN
cara terbaik untuk mencegah terjadinya angina adalah merubah faktor-faktor resiko:
· berhenti merokok
· mengurangi berat badan
· mengendalikan tekanan darah, diabetes dan kolestero
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/10/angina-pektoris/