SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DALAM KEPERAWATAN

Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah institusi perawatan kesehatan karena banyaknya bagian/departemen yang terlibat dalam proses perawatan pasien. Pelayanan dan manajer keperawatan harus memasukkan banyak data/informasi mengenai pasien mulai dari saat masuk hingga pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
1. Makin kompleksnya masalah keuangan
2. Melaporkan permintaan beberapa bagian/departemen
3. Kebutuhan komunikasi dari tim perawatan kesehatan yang berbeda
4. Pengetahuan yang relevan untuk perawatan pasien
Komputer mempengaruhi praktek, administrasi, pendidikan serta penelitian, dan dampaknya akan terus meluas. Abad informasi bagi masyarakat yang besar merupakan sejarah baru dalam perubahan teknologi, dan akan terus berkembang mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan selama beberapa dekade.

A. Perspektif Sejarah
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit lambat dalam menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit menggunakan jasa komputer, setidaknya untuk manajemen keuangan.
Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR) diterapkan, dan perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi manajemen. Pada akhir tahun 1980-an memunculkan mikro-komputer yang berkekuatan besar sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan seperti sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK)

B. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIR)
Sistem informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem komputer yang komplek untuk menolong komunikasi dan mengatur informasi yang dibutuhkan dari sebuah rumah sakit. Sebuah SIR akan diaplikasikan untuk perijinan, catatan medis, akuntansi, kantor, perawatan, laboratorium, radiologi, farmasi, pusat supali, mutrisi/pelayanan makan, personel dan gaji. Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat dimasukkan bagi beberapa bagian/departemen dan untuk beberapa tujuan yang praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal istilah umum yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.

C. Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul untuk :
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya. Informasi klasifikasi pasien dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga susunan pegawai yang dibutuhkan dan susunan pegawai yang sebenarnya dapat dibuat.
SIMK dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis. Perawat-perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, termasuk di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat dilakukan di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.

D. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
2. Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :

1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas. Hal yang paling praktis dengan menggunakan robot yaitu penggunaan kartu elektronik, dimana digunakan untuk penyimpanan dan transpor obat-obatan, kain-kain dan persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu tangan robot yang dapat digunakan untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan aplikasi dimasa yang akan datang termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk dibentuk seperti mata, otak, atau perbedaan tulang belakang atau prosedur dimana kontak secara langsung merupakan kontra indikasi untuk bahaya kesehatan. Seperti seorang pasien dengan tidak ada sistem kekebalan.

2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan komputer mereka. Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk memasukkan atau mendapatkan kembali informasi komputer akan diminta untuk menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan perintah suara.

3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan
Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan inteligensia buatan. Manajer perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi yang besar yang memungkinkan mebantu mereka dalam membuat keputusan setiap hari. Dengan sistem ahli, manajer perawat dapat mengidentifikasi situasi manajemen, kriteria pendefinisian masalah, dan tujuan dari penanganan situasi. Manajer perawat kemudian mengevaluasi alternatif dan membuat keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang relevan dan pengalaman dari ahli-ahli dan untuk memungkinkannya ada pada orang yang kurang berpengetahuan dan kurang berpengalaman. Suatu contoh dimana diperlukannya pengetahuan dan pengalaman total dari spesialis perawat klinis dibidang keperawatan ilmu neurologi, hal ini kemudian dikodekan dalam program komputer, dan dimungkinkannya ada untuk perawat melaksanakan klinis di area ilmu neurologi. Mereka akan mengkonsultasikannya untuk memecahkan masalah asuhan keperawatan.

3. Sistem Klasifikasi Pasien
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.
Sistem klasifikasi pasien oleh Swanburg (1999) adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Self care
Biasanya membutuhkan waktu : 2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
2) Kategori II : Minimal care
Biasanya membutuhkan 3 – 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3) Kategori III : Moderate care atau Intermediate care
Biasanya membutuhkan 5 – 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4) Kategori IV : Extensive care atau Modified Intensive care
Biasanya membutuhkan 7– 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
5) Kategori V : Intensive care
Biasanya membutuhkan 10 – 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.

4. Jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan
Beban kerja seorang perawat pelaksana juga ditentukan oleh jenis kegiatan yang harus dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan keperawatan Gillies (1994) ada tiga jenis bentuk kegiatan yaitu:

1) Kegiatan perawatan langsung
Adalah aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda vital merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus, memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.

2) Kegiatan perawatan tidak langsung
Adalah kegiatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan untuk menyusun rencana perawatan, menyiapkan/memasang alat, melakukan konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan/perawatan, melaporkan kondisi pasien, melaksanakan tindak lanjut dan melakukan koordinasi.

3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien dan bersifat individual. Hal ini dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan sesuai dengan diagnosa, pengobatan yang ditetapkan, dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya pasien memerlukan arahan yang meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut perawatan dan dukungan masyarakat/keluarga.

REFERENSI:

peran penting teknologi dalam pendidikan dan pelayanan keperawatan

Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. “Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan “touch” over “tech” (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih “gaptek” tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer – menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan).

INFARK MIOKARD

Pengertian

Infark Miokard (‘Myocardial Infaction’) ” adalah kematian otot jantung akibat iskemia, biasanya akibat obstruksi arteri koroner karena ateroma dengan atau tanpa trombosis”.

Menurut Brunner & Sudarth, 2002 infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.

Menurut Suyono, 1999 infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.

Infark miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan myokardium. Merupakan hasil dari ruptur plak dengan trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai darah ke miokardium.

Infark Miokard adalah penyebab kematian pertama penyakit jantung di dunia.Sekitar sepertiga dari penderita IMA meninggal dalam beberapa jam setelah terjadinya nyeri dada, gagal jantung, atau komplikasi yang lain.Karena itu , tanda-tandanya dan gejalanya perlu dikenali dengan cepat, sehingga terapi dapat segera diberikan.

Meskipun dengan tanda klinis pada pasien merupakan komponen penting dalam evaluasi secara keseluruhan pada pasien dengan IM, banyak kejadian baik “silent” maupun tidak diketahui secara klinik, membuktikan bahwa, pasien, keluarga, dan tim medis sering tidak mengenal gejala dari IM. Kehadiran “cardiac marker” dalam sirkulasi umumnya mengidentifikasikan nekrosis miokardium dan sangat berguna membantu menegakkan diagnosis.

“Cardiac markers” membantu untuk mengklasifikasi IM, yang dipertimbangkan bagian dari acute coronary syndrome yang didalamnya termasuk IM dengan elevasi ST (STEMI), IM tanpa elevasi ST (NSTEMI), dan angina tak stabil. Klasifikasi ini berharga karena pasien dengan ketidaknyamanan iskemik mempunyai/tidak mempunya elevasi segmen ST pada elektrokardiogram. Yang tidak mempunyai elevasi ST dapat didiagnosis dengan NSTEMI atau dengan angina tidak stabil berdasarkan ada tidaknya ezim jantung. Sebagai tambahan, pilihan terapeutic, seperti trombolisis intravena atau percutaneus coronary intervention, sering menjadi dasar klasifikasi ini.

Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah dapat dialami semua manusia, dengan derajat yang berbeda-beda. Penderita aterosklerosis cenderung lebih banyak pria dari pada wanita. Aterosklerosis yang mengenai cabang arteri koroner, biasanya sering menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner inilah yang menjadi salah satu penyebab Infark Miokard, yang merupakan ‘tertuduh utama’ penyebab ‘Mati Mendadak’.

DIAGNOSIS BANDING

1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.

2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan punggung).

3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)

4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)

5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)

6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)

Patofisiologi

Penyebab tersering MI adalah penyempitan dari pembuluh darah epicardial oleh plak atherosclerosis. Plak ruptur yang diikuti pembukaan membran menyebabkan aggregasi platelet, terbentuknya trombus, akumulasi fibrin, hemoragik dalam plak, dan vasospasme dengan tingkat yang bermacam-macam. Hal tersebut dapat menyebabkan penyumbatan sebagian/menyeluruh pada pembuluh darah dan diikuti dengan iskemik miokard. Total penyumbatan dari vaskuler lebih dari 4-6 jam mengakibatkan irreversibel nekrosis miokard, tetapi reperfusi dalam periode ini dapat menyelamatkan miokardium dan mengurangi morbitditas dan mortalitas.

Faktor nonatherosclerotic yang menyebabkan IM termasuk vasospasm koroner yang dapat dilihat dlam variasi angina (Prinzmetal) dan pasien yang menggunakan kokain dab amphetamin; emboli koroner yang berasal dari katup jantung yang terinfeksi; penyumbatan koroner oleh vaskulitis; atau penyebab lainnya yang menyebabkan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen, seperti anemia akut dari perdarahan GI. IM yang disebabkan oleh trauma dada juga telah dilaporkan, biasanya trauma dada berat pada kecelakaan motor dan kecelakaan olahraga.

Fisiologi Sirkulasi Koroner:

LMCA memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri.

RCA  memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan.

Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh RCA daripada LMCA. (cabang sirkumfleks).

Nodus AV 90% diperdarahi oleh RCA dan 10% diperdarahi oleh LMCA (LCX). Dengan demikian, obstruksi LMCA sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh RCA

PATOGENESIS:

Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).

Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.

PENYEBAB
Penyebab tersering IM adalah pecahnya (rupture) plak aterosklerosis dalam arteri koronaria yang diikuti spasme atrial dan pembentukan trombus.

Penyebab lainnya:

  • Coronary artery vasospasme
  • Hipertrofi ventrikel
  • Hypoxia
  • Emboli arteri korornaria
  • Penggunaan cocaine, amphetamines, and ephedrine
  • Arteritis
  • Koronaria yang abnormal, termasuk aneurisma coronary arteries
  • Penderita dengan kadar lipid tinggi;
  • Obesitas atau kegemukan;
  • Penderita stres;
  • Anxiety atau kecemasan;

Perjalanan penyakit dapat secara berangsur-angsur mengenai sebagian besar cabang-cabang arteri koroner. Trombosis juga dapat menyebabkan obstruksi akut.

Infark miokard bisa juga sebagai akibat dari spasme koroner atau emboli artyeri koroner. Daerah yang mengalami kerusakan dapat meliputi seluruh tebal miokardium atau sebagian saja.

Faktor resiko pembentukan plak aterosklerosis

  • Umur
  • Jenis kelamin
  • Merokok
  • Hypercholesterolemia dan hypertriglyceridemia
  • Diabetes mellitus
  • Hipertension yang jarang dikontrol
  • Riwayat keluarga

Gejala dan Tanda

Gejala:

  • Nyeri dada, biasanya pasien merasa tertekan.
  • Nyeri pada dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium. Tangan kiri frekuensi lebih banyak
  • Dyspnea
  • Mual, nyeri perut atau keduanya
  • Anxietas
  • Kepala terasa ringan yang disertai/tidak disertai sinkop
  • Batuk
  • Mual dengan/tanpa muntah
  • Diaphoresis

Tanda
Pemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosis:

  • Pasien biasanya terbaring dengan tenang dan kelihatan pucat
  • Hipertensi/hipotensi
  • Disfungsi katup akut
  • Rales
  • Vena jugularis meningkat
  • Bunyi jantung 3 terdengar (S3)
  • Dysritmia

DIAGNOSIS

Tiga kriteria untuk menegakan diagnosis IMA adalah adanya nyeri dada khas infark, elevasi segmen ST pada EKG, dan kenaikan enzim kinase (CK) dan creatine kinase myocardial band (CKMB)

Pemeriksaan fisik pada IMA tidak ada yang karakteristik. Bila telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung, maka dapat ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki basah. Bila terjadi aritmia dan hipotesi, maka penserita mungkin tampak pucat dan berkeringat dingin.

Berhubung karena usaha reperfusi secepatnya dengan trombolitik (kurang dari 6 jam setelah serangan IMA) menentukan prognosis penderita IMA, sedangkan kenaikanenzim biasanya baru tampak sesudah 6 jam, sehingga dibenarkan untuk mendiagnois IMA hanya berdasarkan dua dari tiga criteria tersebut diatas, yaitu nyeri dada khas infark dan perubahan EKG

Perubahan EKG

Pada IMA transmural, gambaran EKG biasanya dimulai dari depresi segment ST dengan T terbalik, kemudian berubah menjadi elevasi segmen ST dan menghilangnya gelombang R sampai terbentuk gelombang Q. Sedangkan pada IMA Non-transmural, tidak ada perubahan EKG yang spesifik, kecuali depresi segment ST

Sebenarnya pada permulaan suatu infark telah menjadi perubahan EKG yangdisebut fase hiperakut, yaitu gelombang T tinggi dan lebar disertai elevasi segment ST yang miring (slope elevation) dan VAT (ventricle activation time) yang memanjang. Namun karena perubahan ini terjadi hanya sebentar sehingga sering lolos dari perhatian.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

1. Pemeriksaan enzim jantung :

a. CPK-MB/CPK

Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.

b. LDH/HBDH

Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal

c. AST/SGOT

Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

2. EKG

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.

3.Elektrolit.

Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.

4.Sel darah putih

Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.

5.Kecepatan sedimentasi

Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.

6.Kimia

Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis

7.GDA

Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.

8.Kolesterol atau Trigliserida serum

Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.

9.Foto dada

Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.

10.Ekokardiogram

Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

11.Pemeriksaan pencitraan nuklir

a. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi atau luasnya AMI.

b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

12.Pencitraan darah jantung (MUGA)

Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

13.Angiografi koroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.

14.Nuklear Magnetic Resonance (NMR)

Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.

15.Tes stress olah raga

Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan

PENATALAKSANAAN

Pencegahan serangan pertama dan berikutnya mencakup penghentian merokok,
menurunkan berat badan, pengendalian hipertensi, penurunan kadar kolesterol, olah
raga, gizi dan istirahat yang seimbang.

Penatalaksanaan lainnya:

1. Rawat ICCU, puasa 8 jam

2. Tirah baring, posisi semi fowler.

3. Monitor EKG

4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit

5. Oksigen 2 – 4 lt/menit

6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg

7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg

8. Bowel care : laksadin

9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus

10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna

11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

Jika terjadi nyeri dada:

  • Suplai oksigen dengan tabung oksigen
  • Aspirin
  • Nitroglicerin untuk nyeri dada yang aktif melalui sublingua atau dengan spray

Medikasi

  • Beta-blocker
  • Morphine sulphate –> untuk nyeri dan anxietas
  • Nitrates
  • Trombolisis
  • ACE Inhibitor
  • Angiotensin receptor blocker
  • Calcium chanel blocker
  • Penstabil platelet, misalnya Aspirin, persantine.
  • Sulfinpyrazone.
  • obat anti aritmia
  • obat penurun kadar lipid, misalnya elofibrate
  • Pengendalian Angina dengan nitrate, ‘calcium channel blocker’ dan ‘beta blocker’.

Pengobatan:

  • Pada serangan akut penderita harus dirawat di Unit Rawat Koroner atau ICU.
  • Pemberian morphine 10-15 mg intramuskular atau 5-10 mg intravena ke penderita
    dapat mengurangi nyeri dan memberikan ketenangan.
  • Pemberian obat antiaritmia yang tepat. Beberapa dokter memberikan Lidocaine
    sebagai profilaksis.
  • Bila ada gejala gagal jantung diberikan digitalis dan diuretik.
  • Tindakan suportif umumnya adalah istirahat baring, kurangi berbicara dan cegah
    konstipasi.
  • Bila infark menyembuh adakan rehabilitasi ke arah kehidupan normal secara
    perlahan-lahan.
  • Pemberian antikoagulan meruapakan bagian dari penanganan infark yang harus
    selalu dipantau secara teratur.
  • Pembatasan perluasan infark, dengan pemberian nitrogliserin intravena dan beta
    blocker mungkin perlu dipertimbangkan.
  • ‘Coronary Bypass’ perlu dilakukan apabila penderita beresiko tinggi mengalami
    infark miokard berulang kali.

Pengkajian

Pengkajian Primer

1. Airways

a. Sumbatan atau penumpukan sekret

b. Wheezing atau krekles

2. Breathing

a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

c. Ronchi, krekles

d. Ekspansi dada tidak penuh

e. Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

a. Nadi lemah , tidak teratur

b. Takikardi

c. TD meningkat / menurun

d. Edema

e. Gelisah

f. Akral dingin

g. Kulit pucat, sianosis

h. Output urine menurun

Pengkajian Sekunder

1. Aktifitas

Gejala :

· Kelemahan

· Kelelahan

· Tidak dapat tidur

· Pola hidup menetap

· Jadwal olah raga tidak teratur

Tanda :

· Takikardi

· Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.

Tanda :

· Tekanan darah

Dapat normal / naik / turun

Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.

· Nadi

Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).

· Bunyi jantung

Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.

· Murmur

Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung

· Friksi ; dicurigai Perikarditis

· Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

· Edema

Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.

· Warna

Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir

3. Integritas ego

Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.

Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.

4. Eliminasi

Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5. Makanan atau cairan

Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan

6. Higiene

Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )

Tanda : perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala :

· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).

· Lokasi :

Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.

· Kualitas :

“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.

· Intensitas :

Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.

Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia

9. Pernafasan:

Gejala :

· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat

· dispnea nokturnal

· batuk dengan atau tanpa produksi sputum

· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.

Tanda :

· peningkatan frekuensi pernafasan

· nafas sesak / kuat

· pucat, sianosis

· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interaksi sosial

Gejala :

· Stress

· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS

Tanda :

  • Kesulitan istirahat dengan tenang
  • Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
  • Menarik diri

Gambaran EKG

Pada akut infark dengan gelombang Q, didapat adanya ST segemen Elevasi,yang pada awalnya gelombang T tinggi yang kemudian berubah menjadi ST elevasi. Adanya new RBBB/LBBB juga merupakan tanda perubahan ECG pada infark gelombang

ANGINA PECTORIS

DEFINISI

angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen.

kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung).
aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen.

jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.

PENYEBAB

biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.
penyebab lainnya adalah:
· stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
· regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
· stenosis subaortik hipertrofik
· spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
· anemia yang berat.

GEJALA

tidak semua penderita iskemia mengalami angina. iskemia yang tidak disertai dengan angina disebut silent ischemia.
masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina.

biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
nyeri juga bisa dirasakan di:
– bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam
– punggung
– tenggorokan, rahang atau gigi
– lengan kanan (kadang-kadang).
banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri.

yang khas adalah bahwa angina:
– dipicu oleh aktivitas fisik
– berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
– akan menghilang jika penderita beristirahat.
kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.

angina seringkali memburuk jika:
– aktivitas fisik dilakukan setelah makan
– cuaca dingin
– stres emosional.

variant angina
merupakan akibat dari kejang pada arteri koroner yang besar di permukaan jantung.
disebut variant karena ditandai dengan:
– nyeri yang timbul ketika penderita sedang istirahat, bukan pada saat melakukan aktivitas fisik
– perubahan tertentu pada ekg.

unstable angina
merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan.
ciri angina pada seorang penderita biasanya tetap, oleh karena itu setiap perubahan merupakan masalah yang serius (msialnya nyeri menjadi lebih hebat, serangan menjadi lebih sering terjadi atau nyeri timbul ketika sedang beristirahat).
perubahan tersebut biasanya menunjukkan perkembangan yang cepat dari penyakit arteri koroner, dimana telah terjadi penyumbatan arteri koroner karena pecahnya suatu ateroma atau terbentuknya suatu bekuan.resiko terjadinya serangan jantung sangat tinggi.
unstable angina merupakan suatu keadaan darurat.

DIAGNOSA

diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejalanya.
diantara bahkan selama serangn angina, pemeriksaan fisik atau ekg hanya menunjukkan kelainan yang minimal.

selama suatu serangan, denyut jantung bisa sedikit meningkat, tekanan darah meningkat dan bisa terdengar perubahan yang khas pada denyut jantung melalui stetoskop.
selama suatu serangan, bisa ditemukan adanya perubahan pada ekg, tetapi diantara serangan, ekg bisa menunjukkan hasil yang normal, bahkan pada penderita penyakit arteri koroner yang berat.

jika gejalanya khas, diagnosisnya mudah ditegakkan.
jenis nyeri, lokasi dan hubungannya dengan aktivitas, makan, cuaca serta faktor lainnya akan mempermudah diagnosis.

pemeriksaan tertentu bisa membantu menentukan beratnya iskemia dan adanya penyakit arteri koroner:
1.exercise tolerance testing merupakan suatu pemeriksaan dimana penderita berjalan diatas treadmill dan dipantau dengan ekg.
pemeriksaan ini bisa menilai beratnya penyakit arteri koroner dan kemampuan jantung untuk merespon iskemia.
hasil pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan arteriografi koroner atau pembedahan.
2.radionuclide imaging yang dilakukan bersamaan dengan exercise tolerance testing bisa memberikan keterangan berharga mengenai angina.
penggambaran radionuklida tidak hanya memperkuat adanya iskemia, tetapi juga menentukan daerah dan luasnya otot jantung yang terkena dan menunjukkan jumlah darah yang sampai ke otot jantung.
3.exercise echocardiography merupakan suatu pemeriksaan dimana ekokardiogram diperoleh dengan memantulkan gelombang ultrasonik dari jantung.
pemeriksaan ini bisa menunjukkan ukuran jantung, pergerakan otot jantung, aliran darah yang melalui katup jantung dan fungsi katup.
ekokardiogram dilakukan pada saat istirahat dan pada puncak aktivitas.
jika terdapat iskemia, maka gerakan memompa dari dinding ventrikel kiri tampak abnormal.
4.arteriografi koroner bisa dilakukan jika diagnosis penyakit arteri koroner atau iskemia belum pasti.
pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan beratnya penyakit arteri koroner dan untuk membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.
5.pemantauan ekg berkelanjutan dengan monitor holter menunjukkan kelainan dari silent ischemia.
6.angiografi kadang bisa menemukan adanya kejang pada arteri koroner yang tidak memiliki suatu ateroma.

PENGOBATAN

pengobatan dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner, memperlambat progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktor-faktor resikonya.
faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol), diobati sebagaimana mestinya.
faktor resiko terpenting yang bisa dicegah adalah merokok sigaret.

pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan gejala-gejalanya.
jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling efektif adalah mengurangi faktor resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.

jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat dan diberikan obat-obatan di rumah sakit.
jika gejalanya tidak menghilang dengan obat-obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup, maka bisa digunakan angiografi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.

stable angina

pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan meminimalkan gejala.
terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:
1.beta-bloker
obat ini mempengaruhi efek hormon epinefrin dan norepinefrin pada jantung dan organ lainnya.
beta bloker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. selama melakukan aktivitas, beta-bloker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
beta-bloker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan jantung dan kematian mendadak.
2.nitrat (contohnya nitrogliserin).
nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan long-acting.
sebuah tablet nitrogliserin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit.
penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet atau semprotan nitrogliserin setiap saat.
menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang diketahui penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu penderita.
nitrogliserin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam atau penderita bisa menghirup nitrogliserin yang disemprotkan ke dalam mulut; tetapi yang banyak digunakan adalah pemakaian nitrogliserin tablet sublingual.

nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari.
nitrat juga terdapat dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap melalui kulit selama beberapa jam.
nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya untuk mengurangi gejala. oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka panjangnya.
3.antagonis kalsium
obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri koroner.
antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina.
beberapa antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa memperlambat denyut jantung.
obat ini juga bisa digabungkan bersama beta-bloker untuk mencegah terjadinya episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).
4.antiplatelet (contohnya aspirin)
platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan. tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung.
aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner.
penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.

unstable angina

pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat dapat diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.

penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan darah, yaitu:
– heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah)
– penghambat glikoprotein iib/iiia (misalnya absiksimab atau tirofiban)
– aspirin.

juga diberikan beta-bloker dan nitrogliserin intravena untuk mengurangi beban kerja jantung.
jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus dilakukan arteriografi koroner dan angioplasti atau operasi bypass.

operasi bypass arteri koroner

pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit arteri koroner yang tidak meluas.
pembedahan ini bisa memperbaiki toleransi penderita terhadap aktivitasnya, mengurangi gejala dan memperkecil jumlah atau dosis obat yang diperlukan.

pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:
– tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
– sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
– fungsi jantungnya normal
– tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan (misalnya penyakit paru obstruktif menahun).

pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke arteri koroner, meloncati bagian yang mengalami penyumbatan.
arteri biasanya diambil dari bawah tulang dada. arteri ini jarang mengalami penyumbatan dan lebih dari 90% masih berfungsi dengan baik dalam waktu 10 tahun setelah pembedahan dilakukan.
pencangkokan vena secara bertahap akan mengalami penyumbatan.

angioplasti koroner

alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan bypass.
tidak semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini tergantung kepada lokasi, panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan lainnya.

angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya arteri femoralis di paha) dengan jarum besar. kemudian dimasukkan kawat penuntun yang panjang melalui jarum menuju ke sistem arteri, melewati aorta dan masuk ke dalam arteri koroner yang tersumbat.
sebuah kateter (selang kecil) yang pada ujungnya terpasang balon dimasukkan melalui kawat penuntun ke daerah sumbatan. balon kemudian dikembangkan selama beberapa detik, lalu dikempiskan.
pengembangan dan pengempisan balon diulang beberapa kali.

penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa terjadi sumbatan alliran darah sesaat. sumbatan ini akan merubah gambaran ekg dan menimbulkan gejala iskemia.

balon yang mengembang akan menekan ateroma, sehingga terjadi peregangan arteri dan perobekan lapisan dalam arteri di tempat terbentuknya sumbatan.
bila berhasil, angioplasti bisa membuka sebanyak 80-90% sumbatan.

sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5% mengalami serangan jantung yang tidak fatal.
dalam waktu 6 bulan (seringkali dalam beberapa minggu pertama setelah prosedur angioplasti), arteri koroner kembali mengalami penyumbatan pada sekitar 20-30% penderita.

angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri koroner dalam waktu yang cukup lama.
agar arteri tetap terbuka, digunakan prosedur terbaru, dimana suatu alat yang terbuat dari gulungan kawat (stent) dimasukkan ke dalam arteri. pada 50% penderita, prosedur ini tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi penyumbatan arteri berikutnya.

prognosis

faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita angina adalah umur, luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan yang terpenting adalah jumlah otot jantung yang masih berfungsi normal.
makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk penyumbatannya, maka prognosisnya makin jelek.

prognosis yang baik ditemukan pada penderita stable angina dan penderita dengan kemampuan memompa yang normal (fungsi otot ventrikelnya normal). berkurangnya kemampuan memompa akan memperburuk prognosis.

PENCEGAHAN

cara terbaik untuk mencegah terjadinya angina adalah merubah faktor-faktor resiko:
· berhenti merokok
· mengurangi berat badan
· mengendalikan tekanan darah, diabetes dan kolestero

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/10/angina-pektoris/

perkembangan TI dalam RS

Perkembangan TI dalam Pelayanan RS
Written by Rini Ida N, ST, M.MT
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata akan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi sevara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang teknologi informasi keperawatan.Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.

 

Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program aplikasi yang digunakan. Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.

Contoh nyata yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah menerapkan sistem informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan sistem ini hal pertama yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi diagnosis keperawatan yang selama ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai kepada upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.

Pelayanan yang bersifat non-medis pun dengan adanya perkembangan teknologi informasi seperi sekarang ini semakin terbantu dalam menyediakan sebuah bentuk pelayanan yang semakin efisien dan efektif, dimana para calon klien rumah sakit yang pernah berobat atau dirawat di RS idak perlu lagi menunggu dalam waktu yang cukup lama saat mendaftarkan diri karena proses administrasi yang masih terdokumentasi secara manual di atas kertas dan membutuhkan waktu yang cukup lama mencari data klien yang sudah tersimpan, ataupun setelah sekian lama mencari dan tidak ditemukan akhirnya klien tersebut diharuskan mendaftar ulang kembali dan hal ini jelas menurunkan efisiensi RS dalam hal penggunaan kertas yang tentunya membutuhkan biaya. Bandingkan bila setiap klien didaftarkan secara digital dan semua data mengenai klien dimasukkan ke dalam komputer sehingga ketika data-data tersebut dibutuhkan kembali dapat diambil dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.

referensi:

http://ft.wisnuwardhana.ac.id

Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.

http://blogs.unpad.ac.id/hatchi08/?p=13

Arsip untuk ‘Pelayanan Medis dan Perawat’ Kategori

Komputerisasi Manajemen Pelayanan Keperawatan di RS

Perkembangan Teknologi melahirkan telah semangat perubahan yang luar biasa pada kita. komputer, sistem informasi dan SDM menjadi satu kesatuan yang utuh. didunia perbankan, industri, perusahaan bahkan pendidikan, Teknologi informasi menjadi supporting system yang kokoh.

begitu juga didunia kesehatan. Rumah sakit-rumah sakit terus mengembangkan sistem informasinya sehingga diharapkan mampu meningkat “performanya”.

perkembangan yang luar biasa dari teknologi informasi yang kemudian oleh hampir semua rumah sakit dikemas menjadi sebuah sistem dengan beragam nama, menjadikan sistem pelayanan di rumah sakit, khususnya dalam konteks billing sistem menjadi lebih terukur dan teratur.

Terlepas dari perkembangan sistem infomasi di rumah sakit yang sampai sekarang “terus ramai” dikembang dan diimplementasikan, sesungguhnya ada satu sistem penunjang utama pelayanan rumah sakit yang sampai sekarang tidak banyak dibahas dalam setiap pembahasan sistem informasi rumah sakit. apa itu?

Pelatihan penggunaan Sistem Informasi Keperawatan UGD RSCM atas uji coba implementasi program SIMBAK

Perkembangan teknologi di bidang kesehatan telah melahirkan pemikiran bahwa dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan lebih cepat, mudah dan sistematis. Dengan ini maka efisiensi akan didapat dan aktivitas pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan benar oleh setiap perawat.

Dengan adanya pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar, legal dan sistematis tersebut, maka setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Selain itu, pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar, legal dan sistematis dapat digunakan sebagai data untuk merencanakan asuhan keperawatan yang akan datang, sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif dan efisien.

Rumah sakit-rumah sakit di negara maju telah menyikapi kondisi tersebut dengan menggunakan komputer dalam pendokumentasian asuhan keperawatan klien. Sistem pencatatan dengan menggunakan komputer diterapkan pertama kali di rumah sakit El Camino, California pada akhir tahun 1960-an. Di masa itu, komputer digunakan untuk mengolah seluruh data klien yang diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit. Tahun 1970-an banyak institusi kesehatan yang mengembangkan Sistem Informasi Manajemennya (SIM) dengan menggunakan komputer. Seiring perkembangan praktik keperawatan, pada tahun 1980-an dibuat software khusus keperawatan untuk mempermudah pendokumentasian yang dikenal dengan istilah Computer-based Patient Record System (CPRS). Di tahun tersebut, microcomputer atau Personal Computer (PC) juga diciptakan. Hal tersebut menjadikan penggunaan komputer lebih mudah digunakan oleh perawat maupun praktisi kesehatan lainnya. (Saba&McCormick, 1996 disitasi dari Craven&Hirnle, 2000)

http://subhani2.wordpress.com/category/pelayanan-medis-dan-perawat/

PSIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Program Studi Ilmu Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Program Pendidikan Ners merupakan salah satu amanat yang diemban dalam menyiapkan perawat profesional yang mampu menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebutuhan masyarakat akan pelayanan profesional sesuai dengan nilai keislaman sebagai mayoritas religiusnya. Untuk mencapai hal ini perlu kiranya pedoman-pedoman sebagai landasan proses pendidikan Ners agar lebih terarah dalam menyiapkan SDM yang berkualitas berupa pedoman kurikulum pendidikan Ners . Perlunya penggunaan pedoman, kita meneladani dalam ajaran Islam. Sang pencipta pun memberikan pedoman agar manusia tidak sampai berkehidupan diluar garis ketentuan, maka Allah SWT memberikan pedoman dalam membina dan mengarahkan semua perilaku mahluknya dengan Al Quran secara sistematis terencana dan terarah.

Program Studi Ilmu Keperawatan bertujuan untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang dapat menjadi tenaga ahli terampil di bidang keperawatan, beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, berwawasan luas, dan profesional, berdasarkan relevansi dan kebutuhan pasar melalui peningkatan kualitas penelitian dan pendidikan serta berperan serta dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Gelar Akademik yang diperoleh adalah Sarjana Keperawatan (S.Kp)

AWAL BERDIRINYA PSIK UIN

Dalam upaya memenuhi kebutuhan terhadap pendidikan tinggi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta mulai membuka program studi baru untuk mendukung pengembangan UIN dalam mengintegrasikan ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum. Untuk mempercepat pengintegrasian tersebut, siding senat UIN Syarif Hidayatullah jakarta pada tanggal 30 desember 2002 mempertimbangkan pentingnya pembukaan program study baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan.Pendirian fakultas kedokteran dan Ilmu kesehatan dimaksudkan untuk menjawab tantangan dalam mewujudkan konsep Indonesia sehat 2010 yang dicanangkan pemerintah yang membutuhkan banyak tenaga dokter, apoteker, perawat dan tenaga kesehatan masyarakat.

Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hiadayatulah Jakarta pada tahun akademi 2005-2006 memiliki empat program studi, yaitu rogram studi Kesehatan Masyarakat, program studi Farmasi, program studi ilmu keperawatan dan program studi pendidikan Dokter. Proses pendirian program studi ilmu keperawatan dipimpin oleh dekan FKIK dengan anggota ibu Tien Gartinah MN yang sampai saat ini menjabat sebagai ka. Prodi ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Program studi ilmu keperawatan merupakan salah satu program studi yang ada dalam FKIK yang sampai saat ini masih saya jalani setelah kurang lebih 4 tahun. Program studi ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertujuan untuk menghasilkan lulusan ners berkualitas yang dapat menjadi tenaga ahli trampil di bidang keperawatan, beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, berwawasan luas dan professional berdasarkan relevansi dan kebutuhan pasar melalui peningkatan kualitas penelitian dan pendidikan serta berperan serta dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Kurikulum

Kurikulum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan kurikulum nasional yang berbasis kepada kompetensi, yaitu terdiri dari kompetensi dasar, utama dan pendukung. Penjelasan kurikulum masing-masing Program Studi ialah sebagai berikut :

Tujuan

Tujuan umum

Menghasilkan profesi Ners (Ns) dengan kualifikasi akademik Sarjana Keperawatan (SKep) yang beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, mempunyai keunggulan yang kompetetitif dalam persaingan global serta mampu mengintegrasikan ilmu keperawatan dan ilmu pengetahuan keislaman sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan kualitas derajat kesehatan bangsa Indonesia.

Tujuan khusus

a)     Memiliki sikap profesional dan Islami

b)     Mampu melaksanakan asuhan keperawatan

c)     Mampu mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap

d)     Mampu melaksanakan penelitian sederhana

e)      Mampu berperan sebagai pendidik tenaga keperawatan yang berada di ruang lingkup tanggung jawabnya

b. Kompetensi

Kompetensi lulusan Program Studi ilmu keperawatan di FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut:

Kompetensi Dasar

a)     Mampu memahami dan menerapkan nilai nilai Keislaman

b)     Mampu menjadi warga negara Indonesia yang baik (Kewarganegaraan)

c)     Mampu menggunakan bahasa Arab secara pasif

d)     Mampu menggunakan bahasa Inggris secara pasif dan aktif

e)     Mampu mengintegrasikan ilmu fiqih dalam keperawatan (Fiqih kesehatan)

f)       Mampu melakukan Praktek ibadah dan qiroah

Kompetensi Utama

a) Keterampilan keilmuan dan dasar-dasar keperawatan

Keterampilan menerapkan konsep keperawatan lintas budaya (transcultural nursing) dalam proses keperawatan

Keterampilan menerapkan konsep hubungan bantuan (Helping relationship)

Keterampilan mengumpulkan data dalam proses keperawatan

Keterampilan melakukan analisis data dalam proses keperawatan

Keterampilan merencanakan asuhan keperawatan dengan melibatkan Klien dan keluarga dalam proses keperawatan

Keterampilan melaksanakan tindakan keperawatan

Keterampilan melakukan evaluasi dan revisi proses keperawatan

Keterampilan melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

Keterampilan mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap pada kasus yang lazim terjadi

Keterampilan mengelola masalah kesehatan yang lazim terjadi pada individu, keluarga dan masyarakat

Kemampuan menjadi anggota tim dalam pelayanan kesehatan

Memiliki tanggung jawab profesional

Kompetensi Pendukung

  • Keterampilan memanfaatkan berbagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi terkini
  • Mampu melaksanakan Riset keperawatan tingkat pemula

Sistem pembelajaran

Sistem pembelajaran yang akan dilaksanakan meliputi beberapa kegiatan, ceramah, diskusi kasus, laboratorium dan praktek lapangan baik, secara terstruktur maupun tidak terstruktur, kegiatan pembelajaran tersebut diantaranya adalah:

Kuliah Mimbar

Diskusi Kasus

Laboratorium

Praktek Lapangan/Klinik

Tahap proses pendidikan

Pendidikan keperawatan dibagi dalam dua tahapan, tahapannya yaitu:

  1. Tahap Akademik

Pada tahap akademik mempunyai beban studi sebanyak 151 SKS yang diselesaikan dalam 8 semester

  1. Tahap Profesi

Pendidikan profesi keperawatan dilaksanakan setelah menempuh tahap akademik, bobot 25 SKS yang ditempuh dalam 2 semester.

  1. Deskripsi Mata Kuliah

1)      Kewarganegaraan (Civic Education) 2 SKS

2)      Studi Islam 2 SKS

3)      Aqidah dan Ahlak 2 SKS

4)      Psikologi dalam Keperawatan 2SKS

5)      Bahasa Inggries 2 SKS

6)      Bahasa Arab I 2 SKS

7)      Fisika dalam Keperawatan 2 SKS

8)      Kimia dalam Keperawatan 2 SKS

9)      Biologi dalam Keperawatan 3 SKS

10)  Pengantar Profesi Keperawatan 2 SKS

11)  Anatomi 3 SKS

12)  Metodologi Keperawatan 2 SKS

13)  Ilmu Gizi 2 SKS

14)  Komunikasi dalam Keperawatan 2 SKS

15)  Bahasa Arab II 2 SKS

16)  Bahasa Inggries II 2 SKS

17)  Filsafat Ilmu dan Logika 2 SKS

18)  Konsep Dasar Keperawatan I 2 SKS

19)  Mikrobiologi dan Parasitologi 2 SKS

20)  Etika Umum dan Hukum Kesehatan 2 SKS

21)  Fisiologi 5 SKS

22)  Konsep Dasar Keperawatan II 2 SKS

23)  Antropilogi Kesehatan 2 SKS

24)  Kebutuhan Dasar Manusi (KDM) 3 SKS

25)  Biokimia 3 SKS

26)  Patologi 3 SKS

27)  Kebutuhan Dasar Manusia II (KDM II) 3 SKS

28)  Farmakologi 3 SKS

29)  dll

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!